Resensi Buku : LALITA - 51 Cerita Perempuan Hebat Indonesia


 




Judul Buku ; LALITA – 51 Cerita Perempuan Hebat Indonesia

Penulis : Abigail Limuria & Grace Kadiman

Editor : Anita Putri

Penerbit : Lalita Project

Cetakan : I, 2019

Tebal : 107 hlm, art paper

 

***

Assalamualaikum Bunda Hebat…

Waktunya ngobrolin buku lagi nih bun. Ingin tanya nih bun, kira-kira apa sih yang buat bunda tertarik pada sebuah buku?

Apakah tertarik oleh desain sampulnya, judulnya yang memancing rasa ingin tahu atau mungkin kutipan yang ada di belakang buku?

Ya, ketiganya kadang jadi alasan kita memilih buku tertentu. Khusus untuk buku LALITA ini terpilih karena isi di dalamnya yag syarat inspirasi menggerakkan hati dari perempuan hebat Indonesia.

Abigail dan Grace meramu buku  Lalita : 51 Cerita Perempuan Hebat Indonesia dengan cara sederhana dalam bentuk cerita pendek diakhiri oleh kutipan yang mencerminkan perjuangan hidup si tokoh tersebut. Tiap kisah memiliki ilustrasinya sendiri, mereka para illustrator muda Indonesia. Inilah yang unik, karena tiap gambar memiliki kekhasan tersendiri.

Perempuan Indonesia dari berbagai latar belakang dan profesi mulai dari seniman, insinyur, bankir, olahragawan, ilmuwan, penyanyi, akitvis, jurnalis, galerist, pematung, perancang busana, fotografer, pembalap, presenter. politikus, pelawak hingga menteri.

Merekalah perempuan yang tidak hanya hebat, berprestasi, mandiri namun tetap mengingat akan kodratnya sebagai perempuan, istri dan seorang ibu.

Filosofi di balik ilustrasi desain sampulnya yang berwarna pastel nan elegan dengan deretan perempuan yang berbeda warna kulit, pakaian menunjukkan betapa keberagaaman itu ada bukan untuk saling menjatuhkan tapi untuk saling melengkapi.

 

***

Diantara 51 tokoh perempuan itu, ada enam yang menjadi favorit saya diantaranya;


Meira Anastasia




Menjadi penulis telah mejadi impiannya sejak kecil, sebuah cita-cita yang berawal dari kegemaran membaca buku.

Ketidakpercayaan diri sempat menghambat tercapainya cita tersebut, kondisi itu terlihat oleh sang suami Ernest Prakarsa yang berprofesi sebagai sutradara.

Ernest mengajak Meira mengerjakan proyek film pertama mereka Susah Sinyal sebagai penulis naskah. Film yang memperoleh penghargaan untuk skenario terbaik di Indonesian Box Office Movie Award 2018.

Kepercayaan dirinya perlahan terpupuk, satu hal yang membuatnya berani menulis buku solo pertamanya Imperfect.

 

Butet Manurung




Kecintaannya pada hutan berawal dari buku bacaan yang membuatnya merasa terpanggil. Keinginan yang membuatnya memutuskan untuk mengambil ke jurusan Antropologi agar bisa berpetualang mengenal suku dan kebudayaan manusia.

Kesempatan meneliti pendidikan anak-anak hutan Jambi membawanya pada sebuah keputusan besar mendirikan Sokola Rimba. Sekolah bagi mereka anak-anak hutan agar tak lagi buta aksara.

“Ibu, kami sudah bisa baca-tulis, kok hutan kami masih habis?” pertanyaan membuat Butet menambahkan pelajaran advokasi, hak dan hukum agar orang rimba bisa melindungi hutan dan tanah mereka.

Butet terpesona akan petualangan dan hutan telah berhasil membuatnya meraih mimpi melalui “Sokola Rimba”. Sebuah hidup penuh petualangan, alam dan bisa berguna bagi banyak orang.

 

Isabel dan Melati Wijsen




“Cukup.” Isabel dan Melati terdorong untuk melakukan gerakan perubahan saat disadari kalau lingkungan tempat mereka tumbuh tidak sebersih dulu. Tumpukan sampah plastik menjadi pemandangan nyata.

Mereka memulai gerakannya dengan menemui Gubernur Bali, meskipun ditolak dan diremehkan banyak orang tapi menyerah tak menjadi pilihan.

Isabel dan Melati melakukan gerakan mogok makan selama 24 jam yang akhirnnya menyentuh hati Gubernur Bali dan mau menemui mereka. Pertemuan itu jadi gerbang pembuka munculnya gerakan Bye Bye Plastic Bag di Bali tepatnya di tahun 2019.

Mereka mendapatkan penghargaan “Anak Remaja Paling Berpengaruh” oleh Forbes, Times, dan CNN.

“Kami, anak-anak, mungkin 25% populadi dunia, tetapi kami adalah 100% masa depan.”

 

Nadya Hutagalung




Nadya kecil tumbuh dikelilingi alam di pedesaan Australia. Sejak dini sang ibu telah mengajarannya untuk menghargai kehidupan.

Seorang editor majalah Elle di Sydney kagum dengan kecantikan Nadya dan menawarinya menjadi model.

Dia tumbuh menjadi model Internasional. Terkenal tak membuatnya melupakan alam, tempatnya berasal, dia pun terpanggil untuk ikut berkontribusi dalam mencegah kepunahan binatang.

Bersama kru Asia’s Next Top Model, Nadya membuat film berjudul Let Elephants Be Elephants. Film yang berhasil menurunkan angka penjualan gading gajah Asia dan Afrika.

Dan sampai hari ini Nadya masih aktif membantu dunia dan hewan-hewan yang harus dilindungi.

  

Susi Pudjiastuti




“Tenggelamkan.” Seruan tegas Ibu Susi melawan kapal-kapal ikan illegal.

Ibu Susi tumbuh di desa kecil di Jawa Barat yang dikenal dengan nama Pangandaran, desa yang dekat dengan pantai. Sejak kecil ia melihat bagaimana kekayaan laut yng memberikan hidup bagi banyak keluarga.

Sampai saat kapal-kapal ikan illegal itu masuk ke Indonesia dari tahun 2000-an dan menggerus kekayaan alam yang membuat nelayan kehilangan pekerjaannya.

Susi yang gigih membuat namanya terus dikenal sampai saat ketika Pak Jokowi memintanya menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan untuk periode 2014-2019.

Di bawah kepemimpinannya laut Indonesia bebas dari kapal illegal, kehidupan nelayan membaik, penghasilan laut meningkat.

Ketegasan dan kedekatannya dengan masyarakat membuatnya jadi salah satu menteri paling popular dan dicintai.

 

 Okky Madasari




“Jangan anggap remeh cerita dari ibumu, nenekmu, orang-orang di sekitarmu. Hal ini sebenarnya sangat berharga. Inspirasi bisa dari mana pun termasuk dari orang yang ada di sekitar kita.”

Dialah Okky Madasari, seorang jurnalis yang akhirnya memutuskan untuk menjadi penulis. Menulis menjadi media paling tepat baginya untuk menyampaikan kegelisahan dan perasaannya dengan bebas.

Novel pertamanya Entrok diterima sangat baik dengan tulisan menyentuh, berisi kritik sisi kehidupan yang sempat membuat gelisah hatinya. Dia pun percaya tulisan dapat menggerakkan hati, mengubah keadaan dan membuka pikiran banyak orang.

Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa diterimanya di usia yang masih terbilang muda. Satu penghargaan sastra Indonesia yang palig dihormati.

 ***

Selain enam cerita itu masih ada puluhan kisah inspiratif dan menyentuh lainnya. Tiap kisah punya arti dan ada yang melatarinya.

Buku ini termasuk salah satu buku motivasi yang patut dibaca generasi muda. Hanya sayangnya penjabaran tiap tokoh saya rasa terlalu singkat, kurang mendalam. Mungkin karena banyaknya narasumber yang dimasukkan sehingga ruang pun harus disesuaikan. 

Singkat namun esensi masih dapat dirasakan.

 ***

Kisahmu akan seperti apa?

Tidak ada komentar:

Postingan Populer

Cari Blog Ini